Asal Usul Eyang Surya Kencana Mbah Dalem Cikundul

Raden Haji Suryakencana ra. yang nama lengkap beliau Raden Suryakencana Winata Mangkubumi merupakan seorang putra Pangeran Aria Wiratanudatar (pendiri kota Cianjur) yang beristrikan seorang putri jin.

Menurut babad Cianjur, Pangeran Surya Kencana dinikahkan oleh ayahnya bersama dengan tidak benar satu putri berasal dari bangsa jin dan sampai kini bersemayam di Gunung Gede. Hal yang sama berjalan pula pada putri Jayasasana lainnya , Ny. R. Endang Sukaesih yang bersemayam di Gunung Ceremai dan R. Andika Wirusajagad yang menguasai Gunung Karawang.

Konon kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan tempat bersemayam Pangeran Suryakencana. Sejarah dan legendanya merupakan kepercayaan masyarakat di sekitar, yakni tentang keberadaan Eyang Suryakencana dan Prabu Siliwangi di Gunung Gede.

Petilasan singgasana Pangeran Suryakencana berwujud sebuah batu besar berwujud pelana. Hingga kini, petilasan tersebut tetap berada di tengah alun-alun. Beliau bersama dengan rakyat jin menjadikan alun-alun sebagai lumbung padi yang disebut Leuit Salawe, Salawe Jajar, dan kebun kelapa salawe tangkal, salawe manggar.
Kawasan yang dipercaya oleh kalangan praktisi supranatural sebagai wilayah kekuasaan Eyang Surya Kecana dan karuhun Sunda lainnya adalah:

1. Kawasan Gunung Gede merupakan tempat bersemayam Pangeran Suryakencana. Beliau bersama dengan rakyat jin menjadikan alun2 sebagai lumbung padi yang disebut Leuit Salawe, Salawe Jajar, dan kebun kelapa salawe tangkal, salawe manggar. Petilasan singgasana Pangeran Suryakencana berwujud sebuah batu besar berwujud pelana. Hingga kini, petilasan tersebut tetap berada di tengah alun-alun, dan disebut Batu Dongdang yang dijaga oleh Embah Layang Gading. Sumber air yang berada ditengah alun-alun, dahulu merupakan jamban untuk kepentingan minum dan mandi.
2. Kawah Gunung Gede yang terdiri dari, Kawah Ratu, Kawah Lanang, dan Kawah Wadon, dijaga oleh Embah Kalijaga.
3. Embah Serah adalah penjaga Lawang Seketeng (pintu jaga) yang terdiri atas dua buah batu besar. Pintu jaga tersebut berada di Batu Kukus, sebelum wilayah air terjun panas yang menuju kearah puncak.
4. Eyang Jayakusumah adalah penjaga Gunung Sela yang berada disebelah utara puncak Gunung Gede.
5. Sedangkan Eyang Jayarahmatan dan Embah Kadok memelihara dua buah batu dihalaman parkir kendaraan wisatawan kawasan cibodas. Batu tersebut dulu dihancurkan, namun bor mesin tidak mampu menghancurkannya. Dalam kawasan Kebun Raya Cibodas, terkandung petilasan/ makam Eyang Haji Mintarasa.
6. Konon, Eyang Suryakencana menaruh hartanya di dalam sebuah gua lawa/walet yang berada di kurang lebih air terjun Cibeureum. Gua tersebut dijaga oleh Embah Dalem Cikundul. Tepat berada di tengah-tengah air terjun Cibeureum ini terkandung sebuah batu besar yang konon adalah perwujudan seorang pertapa sakti yang dikarenakan bertapa terlampau lama dan disiplin agar berubah jadi batu. Pada hari kiamat nanti barulah ia bakal lagi berubah jadi manusia.

Sejarah Cianjur Yang Berawal Dari Cikundul

Kita mengenal jalur Surya Kencana di Kota Bogor, dan juga sebuah wilayah di Gunung Gede yang disebut Padang edelweis Surya Kancana. Namun tahukah anda peristiwa dan ceritera berasal dari Surya Kancana ini ?

Terdapat dua versi bakal peristiwa berasal dari nama Surya Kancana ini, Versi pertama, Eyang Surya Kencana yang bersemayam di Gunung Gede, merupakan anak berasal dari Dalem Wiratanu Datar hasil pernikahan berasal dari wanita bangsa Jin. Dan yang ke dua adalah Prabu Surya Kencana, Raja Pajajaran terakhir, sebelum ditaklukan oleh koalisi Kesultanan Cirebon dan Banten.Beliau bersemayam di tempat Kaduhejo atau Menes, kabupaten Pandeglang. pada kali ini kami bakal mengkaji tentang Versi pertama yakni Eyang Surya Kencana. Raden Haji Suryakencana ra. yang nama lengkap beliau adalah Raden Suryakencana Winata Mangkubumi merupakan seorang putra berasal dari Pangeran Aria Wiratanudatar ( pendiri kota Cianjur) dan mempunyai istri yang merupakan putri berasal dari bangsa jin. Menurut babad Cianjur, Pangeran Surya Kencana dinikahkan oleh ayahnya bersama dengan tidak benar satu putri berasal dari bangsa jin dan sampai kini bersemayam di Gunung Gede.

Hal yang sama berjalan pula pada putri Jayasasana lainnya , Ny. R. Endang Sukaesih yang bersemayam di Gunung Ceremai dan R. Andika Wirusajagad yang menguasai Gunung Karawang. Konon kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan tempat bersemayam Pangeran Suryakencana. Sejarah dan legendanya merupakan kepercayaan masyarakat di sekitar, yakni tentang keberadaan Eyang Suryakencana dan Prabu Siliwangi di Gunung Gede.
Petilasan singgasana Pangeran Suryakencana berwujud sebuah batu besar berwujud pelana. Hingga kini, petilasan tersebut tetap berada di tengah alun-alun. Beliau bersama dengan rakyat jin menjadikan alun-alun sebagai lumbung padi yang disebut Leuit Salawe, Salawe Jajar, dan kebun kelapa salawe tangkal, salawe manggar.

Kawasan Gunung Gede merupakan tempat bersemayam Pangeran Suryakencana. Beliau bersama dengan rakyat jin menjadikan alun2 sebagai lumbung padi yang disebut Leuit Salawe, Salawe Jajar, dan kebun kelapa salawe tangkal, salawe manggar. Petilasan singgasana Pangeran Suryakencana berwujud sebuah batu besar berwujud pelana. Hingga kini, petilasan tersebut tetap berada di tengah alun-alun, dan disebut Batu Dongdang yang dijaga oleh Embah Layang Gading. Sumber air yang berada ditengah alun-alun, dahulu merupakan jamban untuk kepentingan minum dan mandi.

Kawah Gunung Gede yang terdiri dari, Kawah Ratu, Kawah Lanang, dan Kawah Wadon, dijaga oleh Embah Kalijaga. Embah Serah adalah penjaga Lawang Seketeng (pintu jaga) yang terdiri atas dua buah batu besar. Pintu jaga tersebut berada di Batu Kukus, sebelum wilayah air terjun panas yang menuju kearah puncak.

Eyang Jayakusumah adalah penjaga Gunung Sela yang berada disebelah utara puncak Gunung Gede. Sedangkan Eyang Jayarahmatan dan Embah Kadok memelihara dua buah batu dihalaman parkir kendaraan wisatawan kawasan cibodas. Batu tersebut dulu dihancurkan, namun bor mesin tidak mampu menghancurkannya. Dalam kawasan Kebun Raya Cibodas, terkandung petilasan/ makam Eyang Haji Mintarasa.

Konon, Eyang Suryakencana menaruh hartanya di dalam sebuah gua lawa/walet yang berada di kurang lebih air terjun Cibeureum. Gua tersebut dijaga oleh Embah Dalem Cikundul. Tepat berada di tengah-tengah air terjun Cibeureum ini terkandung sebuah batu besar yang konon adalah perwujudan seorang pertapa sakti yang dikarenakan bertapa terlampau lama dan disiplin agar berubah jadi batu. Pada hari kiamat nanti barulah ia bakal lagi berubah jadi manusia. Lalu siapakah sebenarnya Raden Surya Kancana tersebut ?

Berdasarkan sejarahnya tahun 1529 kerajaan Talaga direbut oleh Cirebon berasal dari Negara Pajajaran di dalam rangka penyebaran agama Islam. Tetapi raja-raja Talaga, yakni Prabu Siliwangi, Mundingsari, Mundingsari Leutik, Pucuk Umum, Sunan Parung Gangsa, Sunan Wanapri, dan Sunan Ciburang, tetap menganut agama lama.

Sunan Ciburang mempunyai putra yang bernama Aria Wangsa Goparana, yang merupakan leluhur Eyang Suryakancana dan merupakan orang pertama yang memeluk Islam, namun perihal tersebut tidak direstui oleh orang tuanya akibatnya Aria Wangsa Goparana meninggalkan keraton Talaga dan menuju Sagalaherang yang terletak di Kabupaten Subang.

Di Sagalaherang, ia mendirikan pondok pesantren yang digunakannya untuk menyebarkan agama Islam. Pada akhir abad ke-17, beliau wafat di Kampung Nangkabeurit, Sagalaherang. Beliau meninggalkan beberapa orang putra dan putrinya, yaitu:

DJayasasana,
Candramanggala,
Santaan Kumban,
Yudanagar,
Nawing Candradirana,
Santaan Yudanagara, dan
Nyai Mas Murti.
Aria Wangsa Goparana, turunkan para Bupati Cianjur yang bergelar Wira Tanu dan Wiratanu Datar serta para keturunannya.
Putra sulungnya, Djayasasana ini dikenal sebagai seorang muslim yang saleh. Setelah dewasa, Djayasasana meninggalkan Sagalaherang bersama dengan di ikuti oleh orang terdekatnya. Mereka kemudian bermukim di Kampung Cijagang, Cikalongkulon, kabupaten Cianjur.
Djayasasana yang bergelar Aria Wira Tanu, jadi Bupati Cianjur atau Bupati Cianjur Pertama (1677-1691) meninggal dunia pada tahun 1681 -1706 meninggalkan putra-puteri sebanyak 10 orang, yaitu:
Dalem Anom (Aria Natamanggala),
Dalem Aria Martayuda (Dalem Sarampad),
Dalem Aria Tirta (Di Karawang),
Dalem Aria Wiramanggala (Dalem Tarikolot),
Dalem Aria Suradiwangsa (Dalem Panembong),
Nyai Mas Kaluntar,
Nyai Mas Karangan,
Nyai Mas Djenggot dan
Nyai Mas Bogem.
Lalu Siapa Eyang Suryakancana?
Djayasasana yang bergelar Aria Wira Tanu mempunyai seorang istri lain berasal dari bangsa jin Islam dan dikaruniai tiga orang putra-putri, yakni :
Raden Eyang Suryakancana yang sampai sekarang diyakini bersemayam di Gunung Gede atau hidup di alam jin, kini dijadikan nama Universitas Suryakancana Cianjur.
Nyi Mas Endang Kancana dengan sebutan lain Endang Sukaesih dengan sebutan lain Nyai Mas Kara, yang merupakan Putri ke dua , bersemayam di Gunung Ceremai dan,
Andaka Warusajagad (tetapi ada juga yang menyatakan bukan putra, namun putri bernama Nyai Mas Endang Radja Mantri bersemayam di Karawang).
Dalem Cikundul sebagai leluhurnya beberapa masyarakat Cianjur, yang tidak terlepas berasal dari berdirinya pedaleman (kabupaten) Cianjur. Maka Makam Dalem Cikundul dijadikan tempat ziarah yang kemudian oleh Pemda Cianjur dikukuhkan sebagai object wisata ziarah, agar banyak dikunjungi penziarah berasal dari berbagai daerah.